twitter


Tinggalkan Mistik, Adu Strategi Tangkis Cambukan Lawan

0625ratu3
TA HAN SAKIT: Dua pemain tiban beradu cambuk di lapangan Merdeka Rejoagung, Tulungagung
Kesenian Tiban atau adu cambuk semakin jarang dimainkan. Jumlah pemain juga semakin sedikit. Anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser) berupaya melestarikan kesenian tersebut.
Alunan gamelan mengiringi pembukaan turnamen sepak bola Usia 11 tahun (U-11) yang diselenggarakan Pengurus Wilayah GP Ansor Jawa Timur di lapangan Merdeka Rejoagung, Tulungagung kemarin (24/6) sore. Alunan berirama mengiringi puluhan pemain yang beradu cambuk.
Masing-masing telanjang dada sambil membawa cambuk lidi pohon aren. Atraksi itu ditampilkan Kelompok Tiban Suron Tani asal Desa Wajok Lor Kecamatan Boyolangu, guna menyambut kedatangan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf.
Salah satu pemain bernama Romelan, 48, terlihat semangat. Bertelanjang dada, dia menari mengikuti alunan gamelan. Pria yang menjabat komandan Banser Kecamatan Boyolangu itu bertanding melawan Samsul Hadi.
Dia melayangkan cambukan terlebih dulu. Baru kemudian Samsul Hadi membalas cambukan.
“Setiap pemain Tiban mendapat jatah enam kali cambukan,” katanya usai pentas.
Romelan mengatakan, kru Kelompok Tiban Suron Tani merupakan anggota Banser Kecamatan Boyolangu. Mulai dari pemain hingga pemukul gamelan. “Kami sering kali tampil di beberapa daerah. Biasanya, mereka mengundang kami untuk ritual agar segera turun hujan atau tolak balak (usir bencana, Red),” ujarnya.
Salah satu pemain tiban bernama Suryadi mengatakan, tidak semua orang berani memainkan Tiban. Dibutuhkan nyali atau keberanian. “Jika canggung lebih baik jangan. Sangat berbahaya. Jika tidak mengerti strateginya, kulit punggung bisa robek terkena ujung cambuk lidi pohon aren,” terangnya.
Suryadi menuturkan, cambuk lidi pohon aren tidak mengakibatkan infeksi.
“Biasanya, jika kulit terkena cambuk lidi pohon aren, sakit selama tiga 3 hari. Perihnya minta ampun. Setelah itu sembuh dengan sendirinya kok,” paparnya.
Pemain Tiban lain bernama Manan mengatakan, banyak orang beranggapan memainkan Tiban mengandung mistis. Untuk menjadi pemain Tiban harus menjalani ritual khusus agar kebal jika terkena cambukan.
“Dulu memang tradisinya seperti itu. Kini tidak lagi. Kuncinya adalah teori bagaimana menangkis serangan lawan agar tidak tercambuk serta bagaimana mengayunkan cambuk agar menembus pertahanan lawan,” terangnya.
Pria berambut keriting ini me­ngaku, dalam pertunjukkan Tiban, awalnya setiap pemain dibanyangi rasa takut. Hal itu jika melihat punggung pemain lain memerah bahkan mengelupas mengeluarkan darah. Namun, rasa takut akan hilang ketika pemain sudah berdiri satu lawan satu di atas panggung.
“Jika sudah di atas panggung yang ada hanya bagaimana agar tidak terkena cambuk,” jlentrehnya.
Pemain Tiban sejati akan merasa gatal dan ingin bermain jika mendengar alunan musik gamelan khas Tiban. “Istilahnya krejutan (bernafsu untuk bermain-red),” pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

please coment yey..