Tentang Jembatan Cincin yang ada di Bandung.Bagi kebanyakan orang, tempat itu mengerikan. Tapi bagi saya, tempat ini artistik karena merupakan peninggalan jaman kolonial. Saya ingin sekali berlama-lama di sana ketika untuk pertama kalinya diajak mantan. Tapi dia melarang saya. Dia takut saya kenapa-kenapa. Terlebih jika harus melihat di ujung pembatas.
Katanya di bawah itu ada pemandian umum. Tapi saya tahu itu hanya agar saya tidak melihat ke bawah.
Sejarah
Jembatan yang dikenal sebagai Jembatan Cincin itu dibangun pada tahun 1918 oleh perusahaan kereta api milik Belanda yang bernama Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegebedrijf. Dahulu Jembatan ini digunakan sebagai rel yang menghubungkan jalur kereta dari arah Tanjung Sari ke Rancaekek sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet terbesar di Jawa Barat. Jembatan yang panjang dengan ketinggian ratusan meter sampai ke bawah permukannya ini sering dilalui oleh masyarakat sekitar terutama mahasiswa-mahasiswa dari daerah Cikuda yang hendak pergi ke kampusnya, Universitas Padjajaran.
Di bawah jembatan ini terdapat komplek pekuburan umum dan pesawahan yang sangat luas. Rel yang memanjang dengan jarak yang cukup jauh ini memiliki batas tepi dari semen yang hanya sepinggang orang dewasa.
Tidak heran jembatan ini dianggap angker dengan pelbagai mitos seram yang melatarinya. Konon tempat itu menjadi sarang arwah-arwah bergentayangan semisal pocong atau kuntilanak merah. Sebagian lagi mengumbar sebuah isu bahwa tempat ini menjadi tempat favorit bagi orang-orang yang tengah putus asa dan hendak menerjunkan diri dari atas ketinggian jembatan. Memang sudah menjadi rahasia umum jika Jembatan Cincin dikenal sebagai salah satu tempat terangker di Bandung, tepatnya di Sumedang. Beberapa orang yang melewati tempat itu harus lebih berhati-hati terutama dalam bersikap. Terutama pada malam hari. Dimana kegelapan, tamparan udara dingin, sekaligus prasangka akan datangnya sesuatu, terasa begitu kentara.
Katanya di bawah itu ada pemandian umum. Tapi saya tahu itu hanya agar saya tidak melihat ke bawah.
Sejarah
Jembatan yang dikenal sebagai Jembatan Cincin itu dibangun pada tahun 1918 oleh perusahaan kereta api milik Belanda yang bernama Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegebedrijf. Dahulu Jembatan ini digunakan sebagai rel yang menghubungkan jalur kereta dari arah Tanjung Sari ke Rancaekek sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet terbesar di Jawa Barat. Jembatan yang panjang dengan ketinggian ratusan meter sampai ke bawah permukannya ini sering dilalui oleh masyarakat sekitar terutama mahasiswa-mahasiswa dari daerah Cikuda yang hendak pergi ke kampusnya, Universitas Padjajaran.
Di bawah jembatan ini terdapat komplek pekuburan umum dan pesawahan yang sangat luas. Rel yang memanjang dengan jarak yang cukup jauh ini memiliki batas tepi dari semen yang hanya sepinggang orang dewasa.
Tidak heran jembatan ini dianggap angker dengan pelbagai mitos seram yang melatarinya. Konon tempat itu menjadi sarang arwah-arwah bergentayangan semisal pocong atau kuntilanak merah. Sebagian lagi mengumbar sebuah isu bahwa tempat ini menjadi tempat favorit bagi orang-orang yang tengah putus asa dan hendak menerjunkan diri dari atas ketinggian jembatan. Memang sudah menjadi rahasia umum jika Jembatan Cincin dikenal sebagai salah satu tempat terangker di Bandung, tepatnya di Sumedang. Beberapa orang yang melewati tempat itu harus lebih berhati-hati terutama dalam bersikap. Terutama pada malam hari. Dimana kegelapan, tamparan udara dingin, sekaligus prasangka akan datangnya sesuatu, terasa begitu kentara.
Spoiler for Gambar Jembatan:
